Infounik - Banyak tokoh sepak bola dunia yang beralih menjadi pelatih setelah memutuskan pensiun sebagai pemain. Namun, tidak semua mantan pemain itu memiliki kemampuan yang oke sebagai seorang pelatih. Banyak mantan pemain yang malah gagal total saat menangani sebuah tim.Sukses sebagai pemain hebat saat bermain bukanlah jaminan menjadi pelatih hebat. Para legenda ini telah menunjukkan hal itu. Berikut deretan legenda yang gagal bersinar saat menjadi pelatih. - SahabatQQ
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
1. Gennaro Gattuso berguru kepada Carlo Ancelotti sebelum melatih AC Milan
Gennaro Gattuso merupakan salah satu legenda AC Milan. Sosoknya yang temperamental ketika berada di atas lapangan berhasil membawa AC Milan menjuarai Liga Champions Eropa pada 2003 dan 2007. Namun, dirinya memutuskan untuk pensiun sebagai seorang pemain pada 2013.Gattuso kemudian mengawali karier kepelatihannya dengan berguru kepada beberapa juru taktik hebat Italia. Ia sempat bekerja sama dengan Carlo Ancelotti, Marcello Lippi, dan Massimiliano Allegri. Pada 2017, Gattuso memutuskan untuk kembali ke San Siro sebagai seorang pelatih menggantikan Vincenzo Montella yang sebelumnya gagal menangani AC Milan.
Pada musim pertamanya, Gattuso langsung memperbaiki posisi AC Milan di Serie A Italia yang sempat terpuruk dengan finis di posisi keenam. AC Milan pun memberikan kontrak kepada Gennaro Gattuso untuk melatih hingga 2021. Namun, ia malah gagal memberikan permainan yang konsisten pada musim berikutnya. Akhirnya, Gattuso memutuskan untuk mundur sebagai pelatih AC Milan karena gagal meloloskan tim ke Liga Champions Eropa dan tersingkir dari Liga Champions Eropa pada musim berikutnya.Kariernya tidak membaik meski melanglang buana ke sejumlah negara. Terakhir, ia sempat melatih Olympique Marseille. Namun, Gattuso didepak setelah hanya 5 bulan melatih.
2. Frank Lampard hanya bertahan selama 18 bulan bersama Chelsea
Bermain selama 13 musim membela Chelsea membuat Frank Lampard dianggap sebagai salah satu pemain terbaik. Sebagai pemain, Lampard sendiri telah memainkan 648 pertandingan dengan mencetak 210 gol untuk The Blues. Selain itu, dirinya juga mampu membawa Chelsea meraih beberapa gelar juara, seperti 3 juara English Premier League, 4 Piala FA, 1 Liga Europa, dan 1 Liga Champions.
Pada 2014, Lampard memutuskan untuk hengkang dari Chelsea. Dirinya saat itu pindah ke New York City dan Manchester City sebelum akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu pada 2017. Setahun berikutnya, Lampard menjadi pelatih Derby County dan berhasil membawa mereka ke peringkat keempat di EFL Championship, sekaligus lolos ke babak play-off dalam memperebutkan promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Hasil tersebut membuat Chelsea mendatangkan legenda mereka untuk menjadi pelatih. Pada 2019/2020, Lampard bahkan berhasil membawa Chelsea bertengger di posisi keempat EPL. Padahal, kala itu, Chelsea mendapat hukuman larangan transfer dalam dua jendela transfer pada musim panas 2019 dan musim dingin 2020.
Pada musim berikutnya, Lampard akhirnya bisa mendatangkan pemain anyar. Ia menghabiskan dana sebesar 200 juta pound sterling atau sekitar Rp4 triliun untuk mendatangkan beberapa pemain baru. Namun, hal tersebut tidak serta merta mendongkrak permainan dan hasil yang lebih baik. Akhirnya, Chelsea memutuskan untuk mendepak Frank Lampard dari kursi kepelatihan Chelsea. Perannya digantikan pelatih Jerman, Thomas Tuchel.
Setelah Chelsea, Lampard sempat melatih Everton. Namun, kariernya tidak membaik sama sekali. Ia juga kembali ke Chelsea untuk menjadi pelatih sementara karena Thomas Tuchel dan Graham Potter didepak. Namun, Chelsea tidak lebih baik di tangannya.
3. Ole Gunnar Solskjaer, pahlawan Manchester United yang gagal total sebagai pelatih
Pahlawan Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, menjadi pemain terbaik asal Skandinavia pada masanya. Selama berseragam Setan Merah dalam 11 tahun kariernya, Solskjaer selalu menjadi pemain penting. Penampilan menterengnya yang paling dikenal terjadi saat final Liga Champions 1999. Ia berhasil membuat gol kemenangan bagi Manchester United.
Solskjaer berhasil membawa Manchester United meraih 12 gelar juara, termasuk 6 gelar juara EPL, 2 Piala FA, dan 1 Liga Champions. Pemain berkebangsaan Norwegia tersebut telah mencatatkan 366 pertandingan dengan menorehkan 126 gol. Setelah memutuskan pensiun, Solskjaer menjadi pelatih akademi Manchester United selama beberapa musim. Ia baru ditunjuk sebagai pelatih sementara tim utama pada 2018.
Pada beberapa pertandingan terakhir pada 2018/2019, Solskjaer mendapatkan hasil yang baik dengan memenangkan 10 pertandingan dari 13 pertandingan terakhir. Raihan tersebut membuat Solskjaer mendapatkan kontrak selama 3 tahun bersama Setan Merah. Namun, selama 3 musim menangani tim asal Manchester tersebut, Solskjaer belum meraih satu trofi pun. Itu membuat dirinya digantikan Ralf Rangnick sebagai juru taktik.
4. Thierry Henry hanya menjabat selama 3 bulan sebagai pelatih AS Monaco
Talenta berbakat yang pernah dimiliki Prancis, Thierry Henry, merupakan salah satu pemain terbaik di dunia. Kariernya melejit ketika membela Arsenal dan Barcelona, Thierry Henry juga sempat berseragam AS Monaco. Selama di sana, Henry berhasil mencatatkan 42 gol dari 142 pertandingan. Penampilan hebatnya itulah yang membuatnya diboyong Arsene Wenger ke Arsenal.
Setelah pensiun sebagai pemain profesional, Henry sendiri memutuskan untuk memulai karier di dunia kepelatihan. Ia mengawalinya dengan menjadi asisten pelatih Timnas Belgia selama 2 tahun. Namun, Henry memutuskan mundur dari jabatannya dan kembali dengan klub yang membesarkan kariernya di Prancis, AS Monaco, sebagai pelatih.
Baru berjalan kurang lebih 3 bulan, Henry harus menerima kenyataan pahit setelah dipecat dari kursi kepelatihan AS Monaco. Sebab, di bawah asuhannya, AS Monaco hanya meraih meraih dua kemenangan. Mereka berada di zona degradasi Ligue 1 Prancis. Jabatan kosong pelatih AS Monaco tersebut lantas diisi kembali Leonardo Jardim yang sebelumnya melatih mereka.
Henry kini menjabat pelatih Prancis U-21. Ia menerima pekerjaan itu sejak 2023. Sebelumnya, Henry terlibat sebagai pelatih Montreal Impact dan asisten pelatih Timnas Belgia.
Meskipun menjadi legenda di atas lapangan, perjalanan sebagai pelatih tidak selalu berjalan mulus bagi beberapa mantan pemain besar di atas. Kegagalan para legenda ini menunjukkan bahwa kemampuan sebagai pemain tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan sebagai pelatih. Hal ini menunjukan peran seorang pelatih membutuhkan lebih dari sekadar pengalaman bermain. Ia ternyata juga membutuhkan pemahaman taktikal, kemampuan manajerial, dan adaptabilitas yang diperlukan dalam menghadapi tantangan di level kepelatihan. - DominoQQ
0 comments:
Post a Comment