Infounik - Sepertinya, Netflix benar-benar mendengarkan keluh kesah dan permintaan penggemar saat akan membuat serial adaptasi live action, apalagi untuk sebuah karya fenomenal dengan penggemar setia macam Avatar: The Last Airbender. Mengekor kesuksesan One Piece tahun lalu, adaptasi satu ini dapat banyak pujian dari penonton, baik penggemar berat yang sudah mengikuti versi animasinya maupun yang berada di luar lingkaran fans. Apa resep sukses live action Avatar: The Last Airbender yang rilis di Netflix ini? Berikut tiga poin plus yang kiranya bisa menjelaskan kejayaan mereka. - SahabatQQ
Salah satu aspek yang bikin penonton kecewa adalah pemilihan pemeran yang dirasa kurang tepat. Bahkan, ada kecenderungan melanggengkan praktik whitewashing, pemilihan aktor kulit putih untuk memerankan karakter beretnik nonkulit putih. Padahal, Avatar merupakan sebuah karya yang terinspirasi kultur dan mitologi Asia. Belajar dari itu, Netflix lebih berhati-hati dan saksama saat melakukan audisi pemeran. Rasanya tak banyak penonton yang tak puas melihat pemeran pilihan kreator. Bahkan, beberapa menuai popularitas dan pujian, seperti karakter Suki (Maria Zhang) dan Jet (Sebastian Amoruso). Trio Aang, Sokka, dan Katara yang diperankan Gordon Cormier, Ian Ousley, serta Kiawentiio Tarbell juga dapat respons positif.
2. Setia pada plot versi animasi aslinya
Meski tak ada masalah di departemen efek visual dan kostum, versi film Shyamalan dianggap tidak tepat secara plot, terlalu singkat, dan dipaksa dimampatkan. Maklum, mereka dibatasi oleh durasi film panjang yang hanya sekitar 120 menit. Padahal, versi animasinya tayang dalam format serial tiga musim. Belajar dari pengalaman itu, Netflix memilih untuk memproduksi versi live action dalam kemasan serial. Sejauh ini, Avatar versi Netflix sudah tayang dalam delapan episode dengan durasi rata-rata 45—55 menit. Ini cukup untuk menyertakan detail-detail penting seperti serial animasinya. Memang, sulit untuk berpegang teguh pada plot asli. Sebagai penggemar, kamu pasti bisa menandai beberapa perubahan yang dilakukan kreator dalam versi live action tersebut. Namun, perubahan tersebut dibuat dengan masak dan sengaja ditampilkan untuk menambah kedalaman cerita serta karakter. Ini salah satu yang bikin live action Avatar: The Last Airbender jadi semakin menarik sekaligus bisa diterima para penggemar setia versi animasinya.
3. Pesan antiperang yang beresonansi dengan situasi politik dunia saat ini
Hal lain yang bikin live action Avatar: The Last Airbender sukses besar adalah pesan antiperang di dalamnya. Dengan situasi politik dunia yang memprihatinkan karena perang dan konflik di beberapa wilayah, rasanya pesan antiperang, antiokupasi, dan antigenosida yang diyakini dan hendak diperjuangkan Zuko jadi salah satu alasan banyak orang menikmati serial ini. Meski tak sepenuhnya pasifis, kompas moral yang dipegang teguh para protagonis, termasuk trio Aang, Katara, dan Sokka, membuat penonton lebih mudah bersimpati serta mendukung perjuangan mereka.Tentunya, perjuangan mencegah pecahnya perang besar butuh proses yang tidak instan. Dalam delapan episode pertama ini, kita masih dalam tahap perkenalan dan pencarian jati diri para protagonisnya. Penonton tentu tak sabar untuk melihat kelanjutan dari petualangan para karakter Avatar. Sejauh ini, belum ada kabar pasti soal perilisan musim kedua. Namun, kamu bisa bernapas lega melihat respons penonton yang bagus. Rasanya, tak ada alasan buat Netflix untuk tidak memproduksi musim kedua serial Avatar: The Last Airbender. Apa pendapatmu? Setujukah kalau Netflix layak disebut sukses atas upayanya bikin versi live action dari serial animasi laris Nickelodeon tersebut? Atau justru kamu punya pendapat lain? Tulis di kolom komentar, ya! - DominoQQ
0 comments:
Post a Comment